BONGPAY BATU NISAN TIONGHOA BERNUANSA UKIRAN YANG MINIMALIS
“Saya tidak ingin nanti dibongkar seenaknya sendiri ada komplain dari ahli waris. Jadi dia (tim ahli) mulai penataan, cara memandikan, cara memindahkan dia sudah ahlinya. Seorang ahli waris warga Jalan Sikatan, Diana mengaku ada dua makam sanak saudaranya yang berada di Bong Cino. Yakni makam Kakeknya yang masih bisa diidentifikasi, sedangkan makam adiknya justru tak diketahui lagi. Namun demikian atas relokasi itu, ia mengaku pasrah dan mengikuti aturan dari pemerintah. “Kalau saya ya mengikuti saja prosedurnya pemerintah. Malah lebih bagus kalau ada relokasi seperti ini,” ucapnya. Seperti diketahui, setelah seluruh makam Bong Cino direlokasi, tahap berikutnya dilakukan pengurukan. Jika lahan sudah siap, maka Rusunawa tahap III di Kota Tulungagung tahun ini bisa segera dimulai. Pengerjaan dilakukan oleh Kementerian PUPR, termasuk anggarannya pun bersumber dari APBN. Adapun pembangunan Rusunawa III di Jalan Hayam Wuruk Kota Madiun itu bertujuan selain pengamanan aset tanah pemkot, juga meniadakan kawasan kumuh. Selanjutnya menjadikan lahan bermanfaat, penyediaan perumahan warga serta meningkatkan sektor UMKM.
Nisan Bongpay Granit |
Nisan Bongpay Granit |
KBRN, Tulungagung: Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Madiun mengadakan sosialisasi relokasi makam Bing Cino di Rusunawa II, Jl.Kanigoro No.40 A , Campurjanggrang ,Campurdarat, Kabupaten Tulungagung , Jawa Timur 66272. lebih lengkapnya didepan balai desa Campurdarat Tulungagung. Dari lokasi lama di sisi timur jalan Hayam Wuruk, kemudian dipindahkan di sisi sebelah barat jalan. Dari total itu sekitar 50-an kerangka telah dipindahkan secara mandiri oleh ahli waris. Termasuk juga ada makam yang gundukan-gundukan belum diketahui ahli waris juga kita pindahkan. Jadi nanti kita letakkan di makam sebelah barat jalan di sela-sela tempat yang ada, kita tata yang rapi, yang bagus. Kemudian kita identifikasi sehingga ahli waris yang ingin mencari tidak kesulitan,” ujarnya. Walikota Madiun, Maidi menyatakan, pemindahan kerangka akan dilakukan mulai 7 Februari mendatang dan ditargetkan selesai kurun waktu 15 hari. Pembongkaran makam dan pemindahan kerangka, kata Maidi tidak asal-asalan. Bahkan pemkot mendatangkan tim ahli dari Solo. Pun relokasi itu seluruhnya difasilitasi oleh pemkot.
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian sejarah, metode ini terdiri dari heuristic, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosio-historis. Teori yang digunakan yaitu, teori peranan menurut Soerjono Soekanto, yang berarti, lebih menunjuk kepada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1). Agama Islam masuk di Nusantara pada abad ke-7 M atau lebih tepatnya Islam baru terlihat nyata dan mengalami akselerasi pada abad ke-12 M di Sumatra dan 16 M di Jawa. Salah satunya Islam dibawa masuk oleh pedagang dari negri asing serta mubaligh. 2). Emigrasi orang-orang Cina ke Nusantara terjadi dalam tiga periode, pertama pada saat Nusantara menjalin hubungan dagang dengan Cina (5 M). Kedua, saat pasukan Kublai Khan datang ke Jawa (1292 M). Setelah itu berlanjut pada saat rombongan armada laut Cheng Ho singgah ke Jawa (15 M). Beberapa tokoh seperti Cheng Ho, Raden Rahmat (Bong Swi Ho) dan Raden Patah (Jin Bun). Masing-masing dari mereka memiliki kontribusi dalam masuknya Islam ke Jawa. 3). Sarana perdagangan jalur laut menjadi media dakwah utama oleh komunitas Muslim Cina dan beberapa pengaruh kebudayaan Cina dapat dilihat dari situs-situs seperti, Masjid dan keraton Cirebon.
Kebutuhan rekreasi itu antara lain terpenuhi dengan adanya gedung tersebut yang sering diperbaharui dan semakin lama makin diperluas sesuai dengan keperluan. Pembaharuan secara besar-besaran dilakukan pada tahun 1920 dan 1928, hasilnya adalah Gedung Merdeka sekarang yang megah bergaya Romawi dan sejumlah bahan bangunannya (marmer, lampu hias kristal) didatangkan dari Eropa. Arsitek pembangunan Gedung Merdeka ini adalah Van Gallen last dan C.P. Wolff Shoemaker, guru besar arsitektur di Technische Hogeschool (THS) yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Gedung yang luasnya 7500 m2 ini dikelola oleh organisasi Sociteit Concordia yang anggota-anggotanya terdiri kalangan elit Eropa yang bermukim di kota Bandung dan sekitarnya, terutama pengusaha perkebunan dan perwira-perwira militer. Di gedung ini terdapat ruang besar (ruang utama) tempat pertunjukan kesenian atau pertemuan, rumah makan, rumah bola (tempat bermain bilyard) dan lain-lain. Kadang-kadang ruang utamanya disewakan bagi pertemuan umum dan pertunjukan kesenian. Bangunan ini dikenal dengan sebutan Gedung Lowo atau Gedung Veteran. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai rumah tinggal bangsawan/pejabat Belanda.
Tahun 1945 bangunan ini dihuni oleh keluarga kebangsaan China bernama Djian Ho. Gedung yang terletak di Jalan Slamet Riyadi ini memiliki bentuk khas arsitektur kolonial untuk sebuah rumah tinggal. Setelah merdeka gedung ini diserahkan kepada Pemerintah Indonesia dan digunakan sebagai Gedung Veteran. Gedung lawang sewu yang dibangun pada awal abad ke-20 dan diselesaikan pada tahun 1908 ini dimiliki oleh Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij atau Jawatan Kereta Api Pemerintah Hindia Belanda dan merupakan Kantor Pusat jawatan tersebut sampai kemerdekaan RI. Arsiteknya adalah Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag yang merupakan arsitek-arsitek Belanda ternama saat itu. Gedung ini terletak di sudut jalan. Bagian depannya dihiasi oleh menara kembar yang mengingatkan pada bentuk-bentuk menara gothic. Di belakang menara gedung ini membelah menjadi dua sayap, masing-masing memanjang jauh ke belakang. Oleh masyarakat Semarang, gedung ini disebut Lawang Sewu yang artinya Pintu Seribu, karena memang gedung besar dan panjang ini memiliki banyak pintu di sepanjang sayap-sayapnya. Pintu-pintu berjejer di ruangan-ruangannya yang panjang dan beratap tinggi. Arsitektur gedung ini unik karena menunjukkan adaptasi arsitektur Eropa terhadap iklim tropis, karena itulah bangunan ini memiliki pintu yang banyak. Setelah kemerdekaan gedung tersebut sempat dipakai oleh Kodam IV dan kemudian dikembalikan kepada Jawatan Kereta Api, yang sekarang adalah PT. KAI. Setelah PT. KAI pindah, gedung ini sempat dipakai sebagai Kantor Wilayah Departemen Perhubungan sampai tahun 1994. Setelah itu, gedung yang resminya masih menjadi milik PT. KAI ini ditinggalkan kosong dan tak terpakai selama 10 tahun menjadikan gedung ini kotor dan berdebu.
Pada 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu dijadikan bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Tahun 1973-1976, gedung tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat dan baru setelah itu diresmikan oleh Presiden (saat itu) Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta. Gedung Merdeka merupakan salah satu gedung bersejarah yang terletak di pusat kota Bandung. Gedung Merdeka pernah digunakan sebagai tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika pada tanggal 18-24 April 1955. Selain itu juga pernah digunakan sebagai tempat sidang-sidang sekaligus Sekretariat Konstituante pada tahun 1956 sampai dengan tahun 1959. Kantor Badan Perancang Nasional, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Tahun 1960-1965, Konferensi Islam Asia-Afrika pada Tahun 1965, dan pertemuan-pertemuan lain yang bersifat nasional maupun internasional. Pada mulanya gedung ini merupakan bangunan sederhana yang didirikan pada tahun 1895 dan berfungsi sebagai warung kopi. Seiring dengan makin banyaknya orang Eropa terutama orang Belanda yang bermukim di kota Bandung, ditambah dengan semakin meningkatnya kegiatan mereka dalam bidang ekonomi seperti di bidang perkebunan, industri dan pemerintahan, maka diperlukan tempat untuk rekreasi yang sesuai dengan budayanya.
Bangunan kolonial sangat kental dengan bau khas Eropa. Dapat dilihat dari bentukan jendela yang biasanya berjejer sepanjang sisi bangunan dan pilar-pilarnya yang khas. Dinding bangunannya pun terbuat dari pasangan bata, yang mungkin dulu digunakan untuk mengantisipasi perlawanan dari para pemberontak. Proses pembangunan Gedung Sate merupakan suatu kerja besar, sebab melibatkan 2000 pekerja, 150 orang di antaranya adalah pemahat atau ahli Bongpay yaitu pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu dan Kanton. Selebihnya adalah tukang batu, kuli aduk, dan peladen yang merupakan pekerja bangunan yang berpengalaman memba-ngun Gedung Sirap (kampus ITB) dan Gedung Papak (Balai Kota). Arsiteknya sendiri, memadukan beberapa aliran arsitektur ke dalam rancangannya. Untuk jendela, Gerber mengambil tema Moor Spanyol, sedangkan untuk bangunannya adalah Rennaisance Italia. Khusus untuk menara, Gerber memasukkan aliran Asia, yaitu gaya atap pura Bali atau pagoda di Thiland. Di puncaknya terdapat "tusuk sate" dengan 6 buah ornamen sate (versi lain menyebutkan jambu air atau melati), yang melambangkan 6 juta gulden - jumlah biaya yang digunakan untuk membangun Gedung Sate.